A. TUJUAN
Adapun tujuan dari praktikum ini,
yaitu :
- Mempelajari sifat-sifat kelarutan senyawa organik.
- Membandingkan tingkat kelarutan suatu senyawa terhadap beberapa pelarut.
B. LANDASAN TEORI
Senyawa organik adalah golongan
besar senyawa kimia yang molekulnya mengandung karbon, kecuali karbida,
karbonat, dan oksida karbon. Studi mengenai senyawaan organik
disebut kimia organik. Di antara beberapa golongan senyawaan organik adalah senyawa alifatik,
rantai karbon yang dapat diubah gugus fungsinya;
http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Hidrokarbon_aromatik&action=edit&redlink=1″>hidrokarbon
aromatik, senyawaan yang mengandung paling tidak satu cincin
benzena; senyawa heterosiklik yang mencakup atom-atom nonkarbon dalam struktur cincinnya;
dan polimer,
molekul rantai panjang gugus berulang (Siregar, 2012).
Kelarutan adalah kadar jenuh solute
dalam sejumlah solven pada suhu tertentu yang menunjukkan bahwa interaksi
spontan satu atau lebih solute atau solven telah terjadi dan membentuk dispersi
molekuler yang homogeni. Kelarutan suatu zat (solute) dalam solven tertentu
digambarkan sebagai like dissolves like senyawa atau zat yang strukturnya
menyerupai akan saling melarutkan, yang penjabarannya didasarkan atas polaritas
antara solven dan solute yang dinyatakan dengan tetapan dielektrikum, atau
momen dipole, ikatan hydrogen, ikatan van der waals (London) atau ikatan elektrostatik
yang lain (Anonim, 2012).
Kelarutan sebagian besar disebabkan
oleh polaritas dari pelarut, yaitu dari momen dipolnya. Namun Hildebrand
membukti bahwa pertimbangan tentang dipol momen saja tidak cukup untuk
menerangkan kelarutan zat polar dalam air. Kemampuan zat terlarut membentuk
ikatan hidrogen lebih merupakan faktor yang jauh lebih berpengaruh dibandingkan
dengan polaritas. Air melarutkan fenol, alkohol, aldehida, keton, dll yang
mengandung oksigen dan nitrogen yang dapat membentuk ikatan hidrogen dalam air.
Pelarut non polar tidak dapat mengurangi gaya tarik-menarik antara ion-ion
elektrolit kuat dan lemah, karena tetapan dielektrik pelarut yang rendah.
Pelarut juga tidak dapat memecahkan ikatan kovalen dan elektrolit yang
berionisasi lemah karena pelarut non polar termasuk dalam golongan pelarut
aprotik dan tidak dapat membentuk jembatan hidrogen dengan non elektrolit. Oleh
karena itu zat terlarut ionik dan polar tidak larut atau hanya dapat larut
sedikit dalam pelarut nonpolar. Maka, minyak dan lemak larut dalam benzen,
tetrakloroda dan minyak mineral. Alkaloida basa dan asam lemak larut dalam
pelarut nonpolar (Martin, 1993).
Etanol merupakan zat cair, tidak
berwarna, berbau spesifik, mudah terbakar dan menguap, dapat bercampur dalam
air dengan segala perbandingan. Secara garis besar penggunaan etanol adalah
sebagai pelarut untuk zat organik maupun anorganik, bahan dasar industri asam
cuka, ester, spirtus, asetaldehid, antiseptik dan sebagai bahan baku pembuatan
eter danetil ester (Wiratmaja, 2011). Heksana adalah sebuah senyawa hidrokarbon
alkana dengan rumus kimia C6H14 . Awalan heks-
merujuk pada enam karbon atom yang terdapat pada heksana dan akhiran -ana berasal
dari alkana, yang merujuk pada ikatan tunggal yang menghubungkan
atom-atom karbon tersebut. Dalam keadaan standar senyawa ini merupakan cairan
tak berwarna yang tidak larut dalam air (Munawaroh, 2010).
Umumnya minyak goreng yang digunakan
untuk menggoreng adalah minyak bunga matahari, minyak kelapa sawit, minyak
kelapa. Fakta bahwa, ketika minyak seperti ini yang dipanaskan untuk
perpanjangan waktu (penyalahgunaan), mereka mengalami oksidasi (degradasi) dan
menimbulkan oksida. Banyak dari seperti hidroperoksida, epoksida dan polimer
zat telah menunjukkan merugikan kesehatan / biologi efek seperti retardasi
pertumbuhan, peningkatan ukuran hati dan ginjal serta kerusakan sel (Sudhir,
2010).
Bahan yang bersifat polar terdiri
dari bahan yang bersifat ionik atau kovalen. Untuk yang non polar umumnya
adalah bersifat kovalen. Berdasarkan polaritas ini maka pelarut-pelarut yang
ada di alam juga dapat digolongkan. Hal ini dapat membantu pemilihan jenis
pelarut yang akan digunakan saat akan melarutkan bahan. Pada bagian berikut
disajikan tabel polaritas berbagai jenis pelarut yang sering digunakan di
laboratorium (Iqmal, 2012).
Ikatan hidrogen dapat membentuk fase
baru dan menghasilkan suatu senyawa baru dalam ikatannya dengan atom lain
seperti atom C, N, O, maupun ikatannya dengan atom hidrogen sendiri, antara
lain dalam pembentukan benzena, air(es), amoniak dan lain-lain. Pada ikatan
hidrogen tersebut terdapat karakteristik proton penyusun atomnya, yaitu
gerakan-gerakan dinamis proton dalam ikatan tersebut dapat dipelajari dengan
mengkaji persamaan gerak proton dalam ikatan sehingga dapat diketahui perilaku
proton dalam keadaan tertentu. Ikatan hidrogen dalam molekul H2O
merupakan ikatan kovalen, kajian kepadanya diperlukan untuk mengetahui
bagaimana keadaan ideal dari molekul tersebut (Kurniawan, 2005).
C. URAIAN BAHAN
a)
Akuades (Dirjen POM, 1979).
- Nama Resmi : Aqua destilata.
- Nama Lain : air suling
- Rumus Molekul : H2O
- Berat molekul : 18
- Rumus Bangun :
- Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak mempunyai rasa.
- Penyimpanan : dalam wadah tertutup baik.
- Kegunaan : sebagai pelarut.
b) NaCl (FI.Ed.III hal. 403).
- Nama Resmi : Natrium Chloridum
- Nama Lain : Natrium klorida
- Berat Molekul : 32.04 g/mol
- Rumus Molekul : NaCl
- Rumus Bangun :
- Pemerian : Hablur bentuk kubus, tidak berwarna atau serbuk hablur putih; rasa asin.
- Kelarutan : Mudah larut dalam air; sedikit lebih mudah larut dalam air mendidih; larut dalam gliserin; sukar larut dalam etano
- Penyimpanan : Dalam Wadah Tertutup baik
- Khasiat : Hemodialisis
- Kegunaan : Sebagai Sampel
c)
Etanol
- Nama Resmi : Etil Alkohol / etanol
- Nama Lain : Etil alkohol; hidroksietana; alkohol; etil hidrat; alkohol absolut
- Berat molekul : 46,07 g/mol
- Rumus Molekul : C2H5OH
- Rumus Bangun :
- Pemerian : cairan yang mudah menguap, mudah terbakar, tak berwarna, dan merupakan alkohol yang paling sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari
- Kegunaan : sebagai pelarut.
d) Kloroform
- Nama : Chloroformum
- Nama lain : kloroform
- Berat molekul : 119,38 g/mol
- Rumus molekul : CHCl3
- Rumus bangun :
- Pemerian : cairan, mudah menguap; tidak berwarna; bau khas; rasa manis dan membakar.
- Kelarutan : larut dalam lebih kurang 200 bagian air; mudah larut dalam etanol mutlak, dalam eter, dalam sebagian besar pelarut organik, dalam minyak atsiri dan dalam minyak lemak.
- Penyimpanan : dalam wadah tertutup baik bersumbat kaccca, terlindung dari cahaya.
- Khasiat : pengawet dan zat tambahan
- Kegunaan : pereaksi
e)
Glukosa (FI. Ed. III hal.268)
- Nama resmi : Glucosum
- Nama lain : Glukosa
- BM / RM : 198,17 g/mol
- Rumus molekul : C6H12O6
- Rumus bangun :
- Pemerian : hablur tidak berwarna, serbuk halus atau butiran putih; tidak berbau; rasa manis.
- Kelarutan : mudah larut dalam air; sangat mudah larut dalam air mendidih; agak sukar larut dalam etanol (95%) mendidih; sukar larut dalam etanol (95%).
- Penyimpanan : dalam wadah tertutup baik
- Kegunaan : sebagai bahan uji
f)
HCl
- Nama resmi : Acidum Hydrochloridum
- Nama lain : Asam klorida
- BM / RM : 36,46 g/mol
- Rumus molekul : HCl
- Rumus bangun :
- Pemerian : cairan tidak berwarna; berasap; bau merangsang. Jika diencerkan dengan 2 bagian air, asao dan bau hilang.
- Penyimpanan : dalam wadah tertutup rapat
- Kegunaan : sebagai bahan uji
g) NaOH
(Dirjen POM, 1979).
- Nama resmi : Natrii hydroxydum
- Nama lain : Natrium hidroksida
- Berat molekul : 40,00 g/mol
- Rumus molekul : NaOH
- Pemerian : Bentuk batang, butiran, massa hablur atau keping, kering, rapuh dan mudah meleleh basah. Sangat alkalis dan korosif. Segera menyerap CO2
- Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air dan etanol (95%) .
- Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
- o Kandungan : Mengandung tidak kurang dari 97,5% alkali jumlah dihitung sebagai NaOH dan tidak lebih dari 2,5% Na2CO3
- Khasiat : -
- Kegunaan : Sebagai zat tambahan
h)
Asam asetat (Dirjen POM, 1979).
- Nama resmi : Acidum aceticum
- Nama lain : Cuka
- Berat molekul : 60,05 g/mol
- Rumus molekul : C2H4O2
- Rumus bangun :
- Pemerian : cairan jernih; tidak berwarna, bau menusuk, rasa asam, tajam
- Kelarutan : dapat campur dengan air, dengan etanol (95%), dan dengan gliserol.
- Penyimpanan : dalam wadah tertutup rapat
- Khasiat : zat tambahan.
i)
Etil asetat
Nama
resmi : Acidum
aceticum
Nama
lain
: Cuka
Berat
molekul : 60,05 g/mol
Rumus
molekul : C2H4O2
Rumus
bangun :
Pemerian
: cairan jernih; tidak berwarna, bau menusuk, rasa asam, tajam
Kelarutan
: dapat campur dengan air, dengan etanol (95%), dan dengan gliserol.
Penyimpanan
: dalam wadah tertutup rapat
Khasiat
: zat tambahan.
j)
Metanol (Dirjen POM, 1979).
- Nama Resmi : Metil Alkohol
- Nama Lain : Metanol, Hidroksimetana, Metil alkohol, Metil hidrat, Alkohol kayu, Karbinol.
- Berat Molekul : 32.04 g/mol
- Rumus Molekul : CH3OH
- Rumus Bangun :
- Pemerian : Pada “keadaan atmosfer” ia berbentuk cairan yang ringan, mudah menguap, tidak berwarna, mudah terbakar, dan beracun dengan bau yang khas (berbau lebih ringan daripada etanol).
- Kegunaan : sebagai bahan pendingin anti beku, pelarut, bahan bakar dan sebagai bahan additif bagi etanol industri.
k)
Butanol (Mewal, 2011).
- Nama Resmi : Butanol
- Nama Lain : butil alkohol
- Berat molekul : 46,07 g/mol
- Rumus Molekul : C4H9OH.
- Rumus Bangun :
- Pemerian :
- Kegunaan : sebagai pelarut, sebagai perantara dalam sintesis kimia, dan sebagai bahan bakar.
l)
n-Heksan (Dirjen POM, 1979).
- Nama : n-heksana
- Berat molekul : 86.18 g/mol
- Rumus molekul : C6H14
- Rumus bangun :
- Pemerian : cairan tak berwarna, dapat dibakar
- Kegunaan : pelarut organik
m) Asam sulfat
(Dirjen POM, 1979).
- Nama resmi : Acidum sulfuricum
- Nama lain : asam sulfat
- Berat molekul : 98,07 g/mol
- Rumus molekul : H2SO4
- Rumus Bangun :
- Pemerian : cairan kental seperti minyak, korosif, tidak berwarna; jika ditambahkan ke dalam air menimbulkan panas.
- Penyimpanan : dalam wadah tertutup rapat
- Khasiat : zat tambahan
n)
Parafin (Dirjen POM, 1979).
- Nama resmi : Paraffinum liquidum
- Nama lain : Parafin cair
- Pemerian : Cairan kental, transparan, tidak berfluorensensi, tidak berwarna, hampir tidak berbau, hampir tidak mempunyai warna.
- Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air dan dalam etanol (95%), larut dalam kloroform dan dalam eter.
D. METODE KERJA
- 1. Alat dan Bahan
a)
Alat.
Alat yang digunakan, yaitu :
-
Tabung reaksi
-
Pipet tetes
b)
Bahan.
Bahan yang digunakan, yaitu :
-
Kloroform
-
Etanol
-
H2SO4 encer
n-Heksana
-
HCl
-
Butanol
-
Metanol
-
Glukosa
-
Minyak Goreng
-
Parafin
-
Etil asetat
-
Asam asetat
-
NaOH
-
Akuades
- 2. Prosedur Kerja
Minyak
goreng
|
-
Dipipet
-
Dimasukan kedalam tabung reaksi
-
Ditambahkan n-heksan
-
Diamati kelarutannya
-
Tahap diatas diulangi untuk pelarut H2O, NaOH, HCl, dan H2SO4
|
Larut dalam n-Heksana dan NaOH
|
Metanol
|
-
Dipipet
-
Dimasukan kedalam tabung reaksi
-
Ditambahkan n-heksan
-
Diamati kelarutannya
-
Tahap diatas diulangi untuk pelarut H2O, NaOH, HCl, dan H2SO4
|
Tidak larut dalam n-Heksana
|
Etanol
|
-
Dipipet
-
Dimasukan kedalam tabung reaksi
-
Ditambahkan n-heksan
-
Diamati kelarutannya
-
Tahap diatas diulangi untuk pelarut H2O, NaOH, HCl, dan H2SO4
|
Tidak larut dalam n-Heksana
|
Glukosa
|
-
Dipipet
-
Dimasukan kedalam tabung reaksi
-
Ditambahkan n-heksan
-
Diamati kelarutannya
-
Tahap diatas diulangi untuk pelarut H2O, NaOH, HCl, dan H2SO4
|
Tidak larut
|
Butanol
|
-
Dipipet
-
Dimasukan kedalam tabung reaksi
-
Ditambahkan n-heksan
-
Diamati kelarutannya
-
Tahap diatas diulangi untuk pelarut H2O, NaOH, HCl, dan H2SO4
|
Larut
|
Parafin
|
-
Dipipet
-
Dimasukan kedalam tabung reaksi
-
Ditambahkan n-heksan
-
Diamati kelarutannya
-
Tahap diatas diulangi untuk pelarut H2O, NaOH, HCl, dan H2SO4
|
Metanol
|
Larut dalam n-Heksana
|
Etil
asetat
|
-
Dipipet
-
Dimasukan kedalam tabung reaksi
-
Ditambahkan n-heksan
-
Diamati kelarutannya
-
Tahap diatas diulangi untuk pelarut H2O, NaOH, HCl, dan H2SO4
|
Larut dalam n-Heksana
|
-
Dipipet
-
Dimasukan kedalam tabung reaksi
-
Ditambahkan n-heksan
-
Diamati kelarutannya
-
Tahap diatas diulangi untuk pelarut H2O, NaOH, HCl, dan H2SO4
|
Tidak larut dalam n-Heksana
|
Kloroform
|
-
Dipipet
-
Dimasukan kedalam tabung reaksi
-
Ditambahkan n-heksan
-
Diamati kelarutannya
-
Tahap diatas diulangi untuk pelarut H2O, NaOH, HCl, dan H2SO4
|
Tidak larut dalam n-heksana
|
Asam
asetat
|
-
Dipipet
-
Dimasukan kedalam tabung reaksi
-
Ditambahkan n-heksan
-
Diamati kelarutannya
-
Tahap diatas diulangi untuk pelarut H2O, NaOH, HCl, dan H2SO4
|
Tidak larut dalam n-Heksana
|
Asam
sulfat
|
-
Dipipet
-
Dimasukan kedalam tabung reaksi
-
Ditambahkan n-heksan
-
Diamati kelarutannya
-
Tahap diatas diulangi untuk pelarut H2O, NaOH, HCl, dan H2SO4
|
Tidak larut dalam n-Heksana
|
Aquades
|
-
Dipipet
-
Dimasukan kedalam tabung reaksi
-
Ditambahkan n-heksan
-
Diamati kelarutannya
-
Tahap diatas diulangi untuk pelarut H2O, NaOH, HCl, dan H2SO4
|
Tidak larut dalam n-Heksana
|
Natrium
Hidroksida
|
-
Dipipet
-
Dimasukan kedalam tabung reaksi
-
Ditambahkan n-heksan
-
Diamati kelarutannya
-
Tahap diatas diulangi untuk pelarut H2O, NaOH, HCl, dan H2SO4
|
Tidak larut dalam n-Heksana
|
Asam
Klorida
|
E. HASIL
PENGAMATAN
No
|
Senyawa
|
Kelarutan Dalam
|
||||
n-Heksana
|
H2O
|
NaOH
|
HCl
|
H2SO4
|
||
1.
|
Minyak
Goreng
|
√
|
-
|
√
|
-
|
-
|
2.
|
Metanol
|
-
|
√
|
√
|
√
|
√
|
3.
|
Etanol
|
-
|
√
|
√
|
√
|
√
|
4.
|
Butanol
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
5.
|
Glukosa
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
6.
|
Parafin
|
√
|
-
|
-
|
-
|
-
|
7.
|
Etilasetat
|
√
|
-
|
-
|
-
|
-
|
8.
|
Kloroform
|
-
|
√
|
√
|
√
|
√
|
9.
|
Asam
asetat
|
-
|
√
|
√
|
√
|
√
|
10.
|
Air
|
-
|
√
|
√
|
√
|
√
|
11.
|
Asam
sulfat
|
-
|
√
|
√
|
√
|
√
|
12.
|
Natrium
hidroksida
|
-
|
√
|
√
|
√
|
√
|
13.
|
Asam
klorida
|
-
|
√
|
√
|
√
|
√
|
F. PEMBAHASAN
Senyawa organik merupakan senyawa
yang memiliki atom karbon sebagai salah satu unsur yang menyusun senyawanya
kecuali karbida,
karbonat, dan oksida karbon. Penggunaan senyawa organik itu sendiri
telah banyak digunakan dalam laboratorium, dan kehidupan sehari-hari pun kerap
dipakai untuk keperluan manusia, sebagai contoh penggunaan cuka atau asam
asetat dalam bahan tambahan makanan, karbohidrat yang berupa sukrosa sebagai
gula pemanis makanan dan minuman. Namun kebanyakan senyawa organik ditemui
dalam bentuk padatan, dan juga beberapa diantaranya berupa cairan. Senyawa
organik banyak digunakan dalam bentuk larutan, yaitu campuran pelarut dan
terlarut. Namun, tidak semua senyawa organik dapat larut dalam 1 jenis pelarut
yang sama, ada beberapa sifat kelarutan yang berbeda pada setiap senyawa
organik.
Pada percobaan ini, dilakukan
pengujian kelarutan beberapa contoh senyawa organik dalam beberapa jenis
pelarut. Pelarut yang digunakan yaitu air, HCl, H2SO4 dan
NaOH sebagai pelarut anorganik dan n-heksan sebagai pelarut organik.
Berdasarkan kepolarannya, air, HCl, H2SO4 dan NaOH
merupakan pelarut polar dan n-heksan sebagai pelarut non polar. Berpatokan pada
prinsip kelarutan Like Dissolves Like, maka senyawa yang bersifat polar akan
larut dalam pelarut yang polar, begitupun untuk senyawa yang bersifat non polar
akan larut dalam pelarut non polar.
Berdasarkan hasil yang diperoleh
pada praktikum ini, hanya glukosa yang menunjukan kelarutan pada segala jenis
pelarut. Kelarutan suatu solut dalam sejumlah solven selain dipengaruhi oleh
kepolaran, juga dipengaruhi oleh kemampuan untuk membentuk ikatan hidrogen
dengan molekul pelarut. Pada glukosa misalnya, glukosa merupakan senyawa non
polar, dimana glukosa dibentuk oleh ikatan kovalen dan muatan dieletriknya
adalah O karena kecilnya perbedaan elektronegativitasnya. Bila berpatokan pada
prinsip Like dissolves like maka glukosa seharusnya hanya dapat larut dalam
pelarut non polar yaitu n-heksan. Namun karena kemampuannya untuk membentuk
ikatan hidrogen melalui atom O pada gugus glukosa yang melakukan ikatan dengan
atom H pada air sehingga glukosa dapat larut dalam pelarut air. Namun bukan
saja dengan air senyawa glukosa dapat membentuk ikatan hidrogen, pada pelarut
polar lainnya juga.
Untuk bahan kloroform, asam asetat,
air, asam sulfat, natrium hidroksida, dan asam klorida menunjukkan
kepolaritasannya dalam kelarutan pada pelarut, dimana bahan-bahan uji ini hanya
larut dalam pelarut polarnya dan tidak pada pelarut n-heksan. Seperti yang
dijelaskan pada literatur, kecenderungan suatu zat untuk larut sempurna dalam
pelarutnya diperngaruhi oleh kesamaan polaritas, kesamaan zat tersebut untuk
berubah menjadi kutup-kutup yang berupa kation dan anion dan membentuk suatu
zat baru dengan melakukan ikatan antar kutup. Pada kloroform, asam asetat, asam
klorida, natrium hidroksida dan lain sebagainya, ikatan antar atom nya dibentuk
dari ikatan ionik atau kovalen polar. Dimana ikatan ionik apabila diputuskan,
maka atom yang memiliki tingkat elektronegatif lebih tinggi akan bermuatan
negatif dan atom lainnya akan bermuatan positif. Ketika 2 zat ini dicampurkan
maka bagian parsial positif akan menarik bagian parsial negatif untuk membentuk
ikatan baru sehingga dihasilkan zat baru.
Turunan alkohol yaitu metanol,
etanol dan butanol berdasarkan hasil percobaan ini diperoleh data yang
menunjukkan hanya butanol yang tidak larut pada beberapa pelarut yang
disediakan. Dalam prinsip like dissolves like dijelaskan bahwa kelarutan dapat
dipengaruhi oleh kesamaan struktur yang membentuk molekulnya. Molekul air, dibentuk
oleh atom H dan O dan alkohol juga dibentuk oleh atom H dan O oleh sebuah
ikatan sigma. Adanya gugus OH ini membuat alkohol memiki polaritas yang hampir
sama dengan polaritas air. Namun kepolaritasan yang dimiliki oleh
senyawa-senyawa turunan alkohol tidak akan sebanding dengan polaritas air, hal
ini dipengaruhi oleh kehadiran gugus alkil pada molekulnya. seperti yang
diketahui gugus alkil merupakan gugus non polar, semakin panjang alkil yang
dimiliki oleh suatu senyawa maka semakin besar sifat non polarnya. Pada metanol
dan etanol, dimana gugus alkil yang kedua senyawa ini miliki tidak begitu
panjang dan tidak merubah tingkat kelektronegatif sehinnga etanol dan metanol
dapat larut dalam pelarut polar. Sedangkan pada butanol, gugus alkilnya lebih
mendominasi molekul sehingga tidak dapat larut dalam senyawa polar. Namun, pada
hasil yang diperoleh butanol juga tidak larut dalam pelarut n-heksan sebagai
pelarut nonpolar. Hal ini dapat diperngaruhi oleh kesalahan dalam mencampur
bahan.
Lalu untuk kelarutan parafin, minyak
goreng dan etil asetat sebagai senyawa nonpolar sudah dapat dipastikan hanya
akan larut dalam pelarut non polar, dan hal ini dibenarkan pada hasil
pencampuran ketiga bahan ini dengan pelarut n-heksan. Dimana, ketiga bahan ini
hanya larut total dalam n-heksana dan membentuk 2 lapis cairan apabila
dilarutkan dalam pelarut polar. Terbentuknya 2 lapis cairan oleh senyawa polar
dan senyawa nonpolar ini dipengaruhi oleh ikatan yang dibentuk. Pada literatur
dijelaskan non polar hnya dapat berikatan antar alkil ], sehingg ketika
dicampurkan, senyawa polar yang umumnya tidak memiliki rantai alkil tidak dapat
diikat oleh senyawa nonpolar. Begitupun senyawa polar yang dapat berikatan
apabila ada ion bermuatan yang dihasilkan atau adanya atom yng lebih
elekronegatif menarik atom H dan membentuk jembatan hidrogen.
Dalam bidang farmasi, pengetahuan
mengenai kelarutan sangat diperlukan. Pengetahuan mengenai sifat-sifat
kelarutan senyawa organik digunakan oleh apoteker dalam membuat dan
meracik obat sehingga obat menyenangkan untuk dikonsumsi, selain itu pula
digunakan apoteker untuk memperkirakan efek terapi dari obat tersebut, apakah
onset yang dihasilkan cepat atau lambat berdasarkan daya larutny dalam lemak
tubuh.
G. KESIMPULAN
Berdasrkan hasil percoban maka dapat
ditarik kesimpulan :
- Senyawa organik dapat larut dalam pelarut polar dan non polar. Kelarutan senyawa organik tergantung pada kemampuan senyawa organik untuk membentuk ikatan hidrogen dengan atom-atom elektronegatif sehingga dapat larut dalam senyawa polar.
- Tingkat kelarutan senyawa organik yaitu glukosa > (metanol, etanol, klorofm, asam asetat) > (n-heksan, parafin, minyak goreng) > butanol.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2012. Penuntun Praktikum
Farmasi Fisik I. Universitas Haluoleo. Kendari.
Dirjen POM.1972. Farmakope
Indonesia.. Edisi Ke-I. Jakarta : Departemen Kesehatan RI.
Iqmal. 2012. Kaidah Kelarutan Bahan.
http://iqmal.staff.ugm.ac.id/?p=2425. Diakses 25 November 2012.
Kurniawan. Y., Muhammad. N. 2005.
Studi Pemodelan Dinamika Proton Dalam Ikatan Hidrogen H2O Padatan Satu Dimensi.
Jurnal Fisika. Vol.8, No.3.
Lestari. A.P. 2009. Pengembangan
Pertanian Berkelanjutan Melalui Subtitusi Pupuk Anorganik dengan Pupuk Organik.
Jurnal Agronomi. Vol.13, No.1.
Martin, Alfred.1993. Farmasi
Fisik Dasar-Dasar Kimia Fisik Dalam Ilmu Farmasetik. Edisi Ketiga 1. UI
Press. Jakarta.
Munawaroh. S., Prima.AH. 2010.
Ekstraksi Minyak Daun Jeruk Purut (Citrus hystrix D.C.) Dengan Pelarut
Etanol dan N-Heksana. Jurnal Kompetensi Teknik. Vol. 2. No.1. Hal
: 73-78.
Siregar. 2012. Senyawa Organik dan
Anorganik. http://chemicalregar.blogspot.com/2012/04/senyawa-organik-dan-anorganik.html.
Diakses 17 November 2012.
Wiratmaja. I.G., I Gusti. BWK., I
Nyoman. SW. 2011, “Pembuatan Etanol Generasi Kedua Dengan Memanfaatkan Limbah
Rumput Laut Eucheuma Cottonii Sebagai Bahan Baku”, Jurnal Ilmiah Teknik
Mesin, Vol. 5 No.1.
Sudhir, CV., NY. Sharma., p.
Mohanan. 2007. Potentil of Waste Cooking Oils as Biodiesel Feed Stock. Journal
for Engineering Research. 12 (3). Hal:69-75.
Pertanyaan :
- Simpulkan perbedaan senyawa organik dan senyawa anorganik !
- Tuliskan persamaan reaksi untuk percobaan 1a1; 1a2; 1a3 dan 1b !
- Tuliskan persamaan reaksi untuk percobaan 2a !
- Simpulkan hasil pengamatan percobaan 2b!
- Simpulkan hasil ppengamatan percobaan 2c !
Jawab :
- Perbedaan senyawa organik dan senyawa anorganik :
-
Senyawa organik memiliki atom karbon pada senyawanya, sedangkan senyawa
anorganik tidak memiliki atom karbon pada senyawanya
-
Ikatan yang menyusun molekul senyawa organik yaitu ikatan kovalen, sedangkan
ikatan yang menyusun molekul senyawa anorganik yaitu ikatan ionik dan kovalen
polar
-
Senyawa organik memiliki titik didih yang rendah sehingga cepat mengalami
penguapan, sedangkan senyawa anorganik memiliki titik didih yang tinggi
-
Senyawa organik bukan senyawa elektrolit, tidak mampu terionisasi sehingga
tidak dapat menghasilkan gelembung gas, sedangkan senyawa anorganik merupakan
senyawa elektrolit, mampu terionisasi sehingga menghasilkan gelembung gas
ketika diberikan kawat panas.
-
Apabila dibakar, senyawa organik akan mengalami perubahan warna menjadi hitam
yang disebabkan oleh adanya karbon dalam senyawanya, sedangkan senyawa
anorganik tidak akan mengalami perubahan warna menjadi hitam.
- Percobaan 2c :
Senyawa organik yaitu kloroform
bukanlah senyawa yang dapat membentuk ion atau mengalami ionisasi sehingga
ketika ditambahkan AgNO3 maka tidak terjadi ionisasi, sedangkan
senyawa anorganik yang terikat secara ionik ketika ditambahkan AgNO3,
ikatan ioniknya akan merenggang dan putus menyebabkan terbentuknya ion-ion
bermuatan sehingga senyawa anorganik dapat terionisasi dan tidak pada senyawa
organik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar